Saturday, October 10, 2009

NABI PUN SUKA MENGHAKIMI

Suatu hari saya membaca surat al-Kahfi (QS.18: 61-82). Ada sebuah cerita menarik tentang perjalanan Musa dan Khidir as. konon dikisahkan bahwa suatu hari Musa merasa bahwa dialah manusia paling mengerti segala hal karena Ia adalah seorang rasul. namun Allah ingin memberinya pelajaran bahwa diatas langit masih ada langit dan Musa tak seharusnya memiliki kebanggan diri seperti itu. Ia pun diperintah gusti Allah untuk belajar kepada seorang bijak bernama Khidir. walhasil Musa pun menemui Khidir di tepi lautan dan menyatakan niatnya untuk belajar kepadanya.

Khidir menjawab; "kamu tidak akan kuat belajar dari ku". Namun Musa bersikeras, akhirnya Khidir pun mengiyakan dengan satu syarat, bahwa Musa dilarang bertanya atau berinterupsi atas apapun yang diperbuat khidir, kecuali Khidir sendiri lah yang akan menjelaskan segala sesuatunya. Musa pun setuju dan mereka pun berlayar..

di tengah pelayaran, tiba-tiba khidir melobangi perahu yang mereka naiki. Musa menjadi gerah dan bertanya kepada Khidir "kenapa kau lobangi perahu ini, nanti penumpangnya kan bisa tenggelam? ku kira kamu telah berbuat kesalahan". Khidir tersenyum saja sambil mengingatkan 'Lho bukannya kamu sudah berjanji untuk tidak akan bertanya apapun kepadaku tentang hal-hal yang kuperbuat? aku kan sudah bilang kamu gak akan bisa tahan belajar dariku? Musa pun meredam penasaran dan gelisah karena tidak menemukan jawaban. tapi Ia harus meminta maaf. Musa berujar 'Ok lah saya ndak akan bertanya lagi, tadi saya benar-benar lupa tentang kesepakatan kita...lain kali saya tidak akan bertanya'

setelah mereka mendarat. mereka berdua berjalan menuju sebuah desa. disana Khidir melihat seorang anak kecil dan tiba-tiba saja khidir membunuh nya. Musa pun geram dan bersuara keras "Khidir...kenapa kau bunuh anak kecil tak berdosa itu? kamu telah berbuat satu kemungkaran besar..Musa kecewa...Ia berfikir akan belajar dari seorang yang baik budi pekertinya dan disabdakan bahwa ilmunya lebih tinggi. namun kok orang ini membunuh? Khidir pun tersenyum lagi dan berkata "kamu ingat janjimu kan untuk tidak bertanya? berkali-kali aku bilang bahwa kamu tidak akan kuat belajar dari aku, tapi kamunya ngeyel?' Musa pun geram dan hanya bisa meredam penasaran dengan hati tak menentu..."sudahlah kamu ndak usah belajar dari aku, kamu tidak bisa pegang komitmen untuk tidak menyanggah, bertanya atau berinterupsi tentang semua yang aku perbuat" kata Khidir.

Ingin sekali Musa menghentikan perguruannya, namun ini adalah perintah Tuhan untuk belajar dari seorang Khidir. akhirnya Ia pun meminta untuk diberi kesempatan satu kali lagi. Khidir sebenarnya sudah tak percaya bahwa Musa bisa menahan kesabaran untuk tidak cerewet, namun Khidir akhirnya merasa iba setelah Musa memohon agar diberi satu kesempatan lagi untuk yang terakhir kalinya. ini bererti bahwa Jika Musa bertanya lagi maka Musa harus pergi dari Khidir dan tidak meneruskan perguruan nya lagi...

Hingga di suatu waktu, Khidir dan Musa memasuki sebuah desa. mereka berdua lapar dan hendak meminta makan kepada penduduk desa itu, tapi sial karena ternyata penduduk desa itu tidak seramah yang mereka kira. Mereka sangat pelit dan menolak memberi jamuan makan...lantas disana khidir melihat sebuah bangunan dengan dinding yang sudah roboh. tiba-tiba Khidir pun memperbaiki dinding itu dan Musa pun bertanya 'kenapa sih kok repot-repot perbaiki dinding ini?, kalau kita mau kita bisa minta upah untuk ini khan dari mereka?' Khidir pun tersenyum lagi dan berkata 'nah kamu akhirnya bertanya juga...sudah kubilang bahwa kamu tidak akan sanggup berguru padaku. dan kamu barusaja mengakhiri janji mu untuk tidak bertanya apapun. nampaknya, kita memang sudah tidak bisa berjalan bersama lagi..."

walaupun demikian, sebelum berpisah akan aku jelaskan hal-hal yang engkau tanyakan padaku selama ini:
tentang perahu yang ku lobangi, perahu itu sebenarnya adalah milik seorang nelayan miskin, aku melobanginya untuk membuatnya tampak cacat karena sebenarnya di pelabuhan ada seorang bajak laut yang merampas perahu-perahu yang layak pakai. aku membuatnya tampak rusak agar si bajak laut tidak merampas perahu itu. adapun tentang anak kecil yang kubunuh, itu juga kulakukan karena wahyu Allah. kedua orang tua anak itu adalah orang yang beriman, Allah menyuruhku membunuhnya karena jika dibiarkan hidup anak itu akan jadi anak durhaka dan menjadikan kedua orang tuanya kafir. Allah menyuruhku membunuhnya karena IA ingin menggantikan anak itu dengan anak yang lain, yang lebih suci dan lebih bisa berbakti pada orang tuanya kelak.
Adapun tentang dinding ini, sebenarnya adalah milik suami istri yang salih. mereka telah mati dan meninggalkan dua orang anak yatim. Di bawah dinding ini tertanam harta warisan untuk dua anak yatim itu. Allah menyuruhku membangun dinding ini lagi agar harta yang tertanam aman dan kelak dua anak yatim itu bisa megambil hartanya ketika mereka sudah tumbuh besar`...
Ketahuilah Musa bahwa Semua itu tidak aku lakukan atas dorongan dan kehendak pribadiku..Khidir menegaskan

sudahlah, sampai sini saja pertemuan kita. aku sudah sampaikan bahwa engkau tidak akan sanggup belajar dari aku....dan Musa pun pergi dengan sedikit rasa kecewa.

selesai membaca ayat ayat ini aku berfikir bahwa Nabi pun suka menghakimi seperti Musa. jadi menurutku, menjadi beragama dan menghakimi itu tidak melulu salah. menghakimi adalah hal yang lumrah (manusiawi) apalagi jika kita merasa ada landasan-landasan agama...namun ternyata, orang tidak akan belajar apapun jika hanya bisa menghakimi

kedua, bahwa segala perbuatan itu tidak bisa dihakimi dari satu sisi saja...moralitas tidak lahir dari ruang kosong. ternyata ada hal-hal dosa yang dilakukan bukan karena kehendak pribadi dan bukan pilihan (choice) namun itu telah disabdakan...

mungkin benar kata Ashis Nandy 'gak ada Malaikat yang benar2 putih dan tak ada Setan yang benar2 Hitam' (Tadarrus Ramadhan 2009)