Sunday, August 5, 2012

(13) Satu Hari Merasakan PAHIT

Seharian ini terasa lemah dan lelah... mungkin fikiran juga sedang alami gulana berlapis-lapis. Bagaimanapun, saya harus menikmati semua momentum kehidupan dengan rasa syukur. Saya tahu bahwa saya sedang diuji. Namun, siapa yang tidak? semua mahluk yang bernafas sedang mengerjakan ujiannya sendiri-sendiri. Jadi saya tidak boleh merasa hebat dan spesial. Ya, betapapun rasa yang mendera, saya akan berusaha untuk tetap bersyukur dan memuji keagungan-Nya. Saya tahu, bahwa saya perlu bersyukur bukan hanya karena saya mendapat nikmat-nikmat besar. Saya bersyukur karena Tuhan memang telah anugerahkan banyak hal sampai saat ini. Saya memuji Tuhan bukan karena ia telah menghadiahi saya sesuatu, namun saya ingin memuji-Nya karena Ia memang layak mendapatkannya.

Gundah gulana dan perasaan berat atas kehidupan itu sejatinya adalah kelalaian saya saja sehingga merasa nikmat-nikmat itu "kecil" bahkan tak terlihat. Padahal sebenarnya apa yang luput dari perasaan saya itu adalah nikmat-nikmat yang sejatinya "besar". Sebut saja "rasa aman" atau kondisi tubuh yang "sehat" ... bukankah itu nikmat besar yang sering luput tak terlihat?

Seorang alim pernah berkata, jika kita berterimakasih pada Tuhan hanya karena kita telah diberi anugerah, maka derajat kita sebenarnya tak jauh beda dengan ANJING yang mengibas-ngibaskan ekornya sesaat ia telah diberi makanan oleh Tuan nya.

Oh Tidak, tentu saja saya tak boleh rela jika disejajarkan dengan anjing.

Adapun perasaan-perasaan gundah yang saya rasa hari ini, sebenarnya itu semua tak lain hanyalah konsekswensi dari nafas yang masih berhembus. Karena Jika tak ingin letih, tak ingin payah, tak ingin lelah, tak ingin gundah....Ya, mati saja! Lepaskan saja nafas dan habisi saja nyawa. Ups, bukan maksud saya menyuruh bunuh diri tapi memang dalam al-Quran disebutkan bahwa kita terlahir dengan resiko untuk menjadi "susah". Allah berfirman "dan (memang) KAMI ciptakan manusia itu dalam KABAD: susah payah; kesulitan demi kesulitan" (QS. al-balad: 4). Jadi simple saja, kita memang harus terima kenyataan untuk sesekali merasa sedih dan susah menghadapi hiruk pikuk masalah dunia dan kehidupan.

Ada lagi satu ayat yang bagus untuk kita baca dan renungkan tentang kesedihan dan ujian Tuhan atas kehidupan. Ujian kesedihan ini sudah pasti datang. Firman tuhan itu menyebutkan bahwa akan ada 5 kategori besar untuk ujian kesedihan yang akan menerpa kehidupan ini. Ia berfirman

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.[2:155]

1. Ujian dengan perasaan takut dan kekhawatiran. Khawatir apa saja; kekhawatiran tentang masa depan dan hal-hal yang mungkin tidak akan pernah terjadi. Ketakutan akan bayangan masa lalu dan ancaman-ancaman kehidupan dan kematian... Pokoknya segala jenis ketakutan dan kekhawatiran yang menghilangkan rasa aman dan nyaman. Rasulullah saw pernah ditanya tentang nikmat Tuhan itu apa? Rasul saw menjawab bahwa nikmat Tuhan itu adalah "al-Amaan" (Security, Peacefullness). Teman, berapakah dari kita yang pernah mensyukuri "rasa aman" ini? Kita bangun tidur dengan tanpa kekhawatiran atas jiwa kita sendiri, atas jiwa anak istri kita, keluarga kita, harta kita, karir kita...dan seterusnya.. Betapa banyak yang merasakan "aman" ini, namun sedikit yang mensyukuri dengan mengenali bahwa rasa itu sebenarnya adalah nikmat Tuhan yang sungguh besar.      

2. Ujian dengan kelaparan. Ini adalah ujian yang berat. Jika seseorang diuji dengan ketidakmampuan untuk mememnuhi kebutuhan pangannya. Maka itu adalah salah satu bentuk dari cobaan yang nyata. Faktanya, orang yang kelaparan bisa berbuat apa saja. Ada sedikit beda antara "kelaparan" dan "rasa lapar". ujian kelaparan itu ketika seseorang benar-benar tak mampu mendapatkan makanan, sedangkan ujian dengan ujian rasa lapar itu bisa jadi seseorang hanya menunda jam makannya. PUASA adalah sebentuk ujian ini; hanya diuji dengan lapar sementara, namun rasa aman tak sampai hilang, karena ia tahu bisa makan, hanya ia menunggu waktu. kemungkinan besar, salah satu hikmah dari puasa adalah agar kita juga memiliki kepedulian dan bisa bisa mengecap rasa atas derita lapar yang dirasakan orang lain.   

3. Ujian dengan berkurangnya harta. Ini adalah sebentuk krisis. Harta mungkin tidak habis, namun bisa saja tabungan berkurang, harta hilang, dicuri, mengalami kebangkrutan, kerugian dan lain sebagainya. Harta adalah salah satu faktor yang menunjang rasa aman seseorang. Saat harta itu berkurang, maka berkurang pula rasa aman nya, kepercayaan dirinya. Saat seseorang merasa miskin dan melihat orang kaya, ia pun diuji dengan rasa syukur dan kepercayaan atas dirinya. Sebaliknya, saat orang yang kaya melihat orang lain yang lebih miskin, ia diuji dengan kesombongan dan kerendahan hatinya. lagi-lagi Ia pun masih tetap di uji; dengan kewajiban untuk mengurangi hartanya melalui zakat dan sedekah.  

4. Ujian dengan berkurangnya nyawa. Ini adalah bentuk ujian yang tak kalah berat. Ujian ini datang saat kita kehilangan orang-orang yang kita sayangi. Kematian, perceraian, putus cinta, patah hati. Ini juga berarti ujian saat kita dikhianati oleh sahabat yang sangat kita percaya, teman kerja ataupun kekasih hati. Saat orang tua didurhakai anaknya, atau saat anak tidak dicintai sebagaimana mestinya oleh orang tuanya... Saudara kandung yang saling berkelahi dan seterusnya. Istri yang merasakan bahwa suaminya telah berpaling, atau suami yang mendapati istrinya sedang mencurangi cintanya. Ya, semua ini adalah bentuk dari berkurang nya jiwa; berkurangnya integritas nyawa seseorang.

5. Ujian dengan berkurangnya buah-buahan: Jika ujian kelaparan tadi adalah ujian tentang pemenuhan atas kebutuhan yang primer. Sebenarnya ujian atas berkurangnya buah adalah metafor atas hilang atau berkurangnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebuuhan yang sekunder atau tertier. Banyak sekali orang yang tidak ada masalah dengan pemenuhan atas kebutuhan, namun ia diuji dengan pemenuhan atas sifat rakus dan keinginan-keinginan nya sendiri. Bukankah banyak dari kita yang menjadi gundah karena memiliki keinginan-keinginan sekunder tapi kita tak mampu mendapatkannya?.  

Well, entahlah teman...apa yang anda masing-masing alami? Mungkin anda ingin meresapinya bersama saya...

(Madyan: tafakkur Ramadhan hari ke 13)

No comments: