Tuesday, August 7, 2012

(16) "Seharusnya TUHAN yang mempertanyakan, bukan anda..."

Begini...,


Tadi, salah seorang teman baik bertanya kepada saya tentang "Apa sebenarnya motif saya meng-upload tulisan-tulisan di Facebook dan Blog"? 
lebih jauh dia bertanya apakah saya "ikhlas" membuat semua tulisan itu, ataukah saya sebenarnya inginkan komen atau like berisi pujian dan penghargaan, karena saya telah menunjukkan kehebatan melalui tulisan-tulisan yang banyak?


Hmmmm... GELEDEK Duorr! Saya kemarin sempat terdiam sesaat dan sedikit merasa tersentak dengan pertanyaan teman saya yang sedemikian vulgar. Tadinya, karena kesopanan tingkat tinggi yang terkandung dalam pertanyaan teman saya itu. Saya ingin menjawab demikian "Tentang keikhlasan saya, seharusnya TUHAN yang mempertanyakannya, Bukan anda..."Namun jawaban begitu tak jadi saya utarakan. Tiba-tiba saya ingin tersenyum dan berkata kepada teman saya itu 

"Mas, semua juga tahu saya bukan Mario Teguh yang berprofesi sebagai motivator. Saya bukan dia yang mendapatkan bayaran, pengakuan serta penghargaan karena motivasi-motivasinya yang SUPER. Saya hanya menulis status-status FB yang "sok bijak" itu juga refleksi-refleksi seperti ini bukan agar orang lain membayar atau menghargai saya. Sebenarnya, saya melakukan itu karena justru saya ingin "membayar" dan menghargai diri saya sendiri.... 

Sambil terus tersenyum saya kemarin sempat berbisik... 


"Begini lho mas, sebenarnya kalau kita hebat, kita tak perlu menunjukkan kehebatan kita  kepada orang lain. Karena jika "orang lain" itu adalah pengagum yang menyukai kita, sungguh kita tak perlu repot-repot lagi tunjukkan kalau kita hebat, mereka memang dari awal sudah kagum dan suka. 


dan jika "orang lain" itu adalah musuh atau teman yang memang tak menyukai kita, pertanyaan saya "buat apa juga kita repot-repot menunjukkan kehebatan? Bukankah mereka tak menyukai kita bahkan tak sudi melihat kita ada? Nah, jika demikian, mengapa kita harus menjadi sapi dungu; mengira mereka berminat meluangkan waktunya untuk membaca, apalagi menghargai karya-karya kita; tulisan-tulisan kita? 
Teman saya itu kemudian diam. Harapan saya, dia termasuk orang-orang yang menyukai saya sehingga ia pun membaca catatan ini. Jika bukan, juga tak apa-apa. Toh. sebentar lagi lebaran.. Loh? apa hubungannya? :)
Jadi teman, tafakkur Ramadhan hari ini alurnya mundur. Ini sebenarnya adalah respon dari GELEDEK yang kemarin. 


Memang, tiada yang bisa mengalahkan ketulusan seseorang kecuali saat orang itu terganggu dengan ketulusannya sendiri. Dan memang, dalam petualangan spiritual mencari diri, kita harus terus waspada dengan jebakan demi jebakan yang licin menggelincirkan. Seperti 'KERENDAHAN HATI' ... ia licik... karena saat kita merasa telah memilikinya, saat itu pula kita kehilangannya.           

Hmmm...sudahlah, kepanjangan.... Yang pasti, di pagi buta tadi, setelah santap sahur bersama istri, saya masih terngiang-ngiang tentang pertanyaan teman saya ini. Tapi kemudian hawa segar masuk sambil mengingatkan saya tentang pepatah Arab yang berbunyi "Ridhonnas.. Ghoyatun Laa Tudrok". bahwa kita tidak bisa menginginkan semua orang untuk menyukai kita.. Jadi ya, enjoy aja... biar kafilah saya tetap melaju walau seribu anjing menggonggong saling bersahutan....biar bising jakarta mulai datang mengganggu, asalkan saya dan istri saling berpelukan....    


(Tafakkur Ramadhan hari ke 16) 




No comments: