Thursday, July 18, 2013

(9) "Yang Akan Tertinggal" dan "Yang Akan Menguap"

Seharian kemarin mendadak menjadi tukang kayu. Saya, bersama kakak sepupu serius membuat sebuah bilik untuk ditempati adik didik pertama saya. Ia akan mulai tinggal untuk beberapa waktu di rumah saya sehabis lebaran, Insya Allah. Ia akan menjadi seperti santri yang pertama yang akan bergabung dan menemani saya belajar tentang agama dan kehidupan. Semoga, setiap niat dan tindakan akan membawa berkah.

Saya harus ucapkan terimakasih kepada kakak sepupu saya itu, yang telah rela menemani saya berpeluh; menggergaji beberapa balok kayu dan mendirikan bilik layak huni, untuk sekedar dijadikan tempat peristirahatan dan pertapaan. Dalam pengerjaan bilik itu, saya sengaja tidak memanggil tukang, karena saya pribadi memang ingin merasakan "gairah" dan peluhnya. Sesekali kami berkelakar... "Waduh puasa-puasa kok malah mendadak menjadi tukang...". Rasa-rasanya, bekal sahur yang kami santap tadi pagi sudah luruh sebelum waktunya dan kami berdua saling menatap sambil nyengir...

Lelah, tapi saya telah bahagia hari tadi. Bilik itu telah delapan puluh persen selesai rapi.. saya hanya tinggal memasang pintu dan membiarkan saja mentah begitu. Finishing dan furnishing biar penghuninya sendiri nanti yang akan menyelesaikan...

Semalam, saya sangat pulas beristirahat setelah kemudian saya dibangunkan untuk melanjutkan segala yang masih tertangguhkan. Sahabat, menit-menit serasa panjang jika melihat apa yang sudah dilakukan. Namun, detik-detik juga terasa sangat singkat jika melihat tugas-tugas yang terlihat masih bergelantungan...sekali lagi saya harus tertegun akan pemaknaan demi pemaknaan. Dengan insaf pula saya masih memeluk keraguan; apakah semua aliran-aliran yang saya ciptakan ini akan bermuara ke lautan?

Membincang aliran, saya jadi teringat bacaan al-Quran dari juz 13 beberapa waktu silam; bahwa biarkan saja semua mengalir, karena bahkan yang dilakukan Tuhan pun juga mencampur yang baik dan yang buruk, mengaliri lembah-lembah dengan segala yang bermanfaat dan yang tidak...Ia kemudian berfirman bahwa pada ujung-ujungnya, yang buruk akan menguap menjadi buih dan yang baik akan tertinggal dibumi, sehingga ia bisa dimanfaatkan (Qs. 13: 17)

Saya jadi tercengang, karena tiba-tiba ingatan atas ayat itu terhubung langsung dengan keraguan saya atas segala  tindakan dan aliran-aliran kecil beragam nama yang sudah dan sedang saya rintis ini. Bahwa seakan-akan Tuhan dengan bijaknya telah memberi contoh tentang bagaimana kita seharusnya berbuat hal-hal yang baik, tanpa kemudian merisaukan hasilnya. Bahkan terkadang, pada taraf tertentu, kita tak perlu menghawatirkan apakah suatu tindakan itu akan berdampak baik atau buruk; hasilnya akan positif atau negatif ; perbuatan itu telah dilakukan dengan ikhlas atau tidak, dan seterusnya. Maaf, karena temuan pemikiran kali ini mungkin bersebrangan dengan nalar umum yang hanya menasehatkan kebaikan dan penimbangan-penimbangan yang positif semata...

Karena berkali-kali saya membaca ayat ini, dan baru kemarin Tuhan memperkenalkan diri sebagai Yang baik dan Yang Buruk. Selama ini saya mungkin salah memahami-Nya, sebagai Dia yang melulu tentang kebaikan. Ternyata tidak, Dia juga berbangga sebagai pemilik kebaikan dan keburukan dalam satu waktu; yang Haq dan yang Bathil. Wa yadhribullohu al-Haqqa wa al-Bathil... Dan dengan Sunnah (hukum alam) buatan-Nya  pula, Ia kemudian menciptakan sistem bagaimana kebaikan dan keburukan itu akan berpilah dan memecah dengan sendirinya; yang baik akan berguna dan yang yang buruk akan sirna dan sia-sia... Kali ini, pada relung kalbu saya, Tuhan terasa lebih besar dari kebesaran yang menyelimuti saya, sebelumnya.

Perjumpaan saya dengan Tuhan kali ini menasehatkan, bahwa sebenarnya saya tak perlu mengkhawatirkan; apakah perbuatan dan aliran-aliran kecil yang saya buat itu, semuanya akan bermuara ke samudra; karena saya telah dijumpakan dengan satu rumusan alam, yang akan mengantarkan apa yang baik pada tujuannya dan menguapkan apa yang buruk di jalanan... Saya, bahkan mungkin tak perlu khawatir lagi jika ternyata dalam amal kebaikan saya itu telah bercampur antara niat baik dan ketidakikhlasan, karena saya tahu betul bahwa tugas saya hanya berbuat dan mengerjakan saja, selebihnya adalah tugas alam untuk menguapkan segala pamrih dan kesombongan... Saya kira, siapapun butuh kepakaran yang ditempa waktu untuk mampu memurnikan emas, dan tentu di atas langit masih ada langit, di atas tingkat ketulusan seseorang masih ada keikhlasan yang mengungguli, dan selalu saja di atas kebaikan masih ada yang lebih baik lagi dan lagi.
     

   

No comments: