Thursday, February 9, 2012

(5) Tuhan: Agama Ruang dan Waktu


Dengan sangat bersemangat, Khatib Jumat tadi bicara tentang 'double benefits' (keuntungan ganda), bahwa kita saat ini bukan hanya berada dalam keutamaan 'Ramadhan', namun juga sedang mengunduh keutamaan hari jum'at yang disebut-sebut sebagai 'hari paling merajai' (sayyidul ayyam) bagi umat Islam. Persis seperti nalar "2 in1" dalam iklan gebyar hadiah, retorika sang khatib mampu mempromosikan "Ramadhan Plus" hari ini dengan sangat memikat. Sempurna, karena pada saat memimpin sholat pun, suara bariton dan nada-nada khas timur tengah beliau juga mampu melelehkan sukma. Alhamdulillah...

Tuhan sedemikian maha besar, hingga kebesarannya perlu 'mengalah'  pada kekerdilan hamba-hamba-Nya yang maha kecil. Dia perlu menjelaskan universalitas dan eternitas (keabadian) Nya melalui hal-hal yang sangat lokal dan tak abadi. Pertanyaan kita, Seberapa penting sih 'ruang' dan 'waktu' bagi Tuhan, sehingga Ia menjadikannya sebagai tanda-tanda kebesaran? Kenapa waktu dan ruang itu kemudian menjadi berpengaruh pada penggandaan-penggandaan anugerah yang harus Dia bagi kepada para hamba-Nya? 

Tadi saya sempat membayangkan, alangkah sangat utama seseorang yang berada di bulan Ramadhan, berada di hari jumat, sholatnya di Masjidil Haram, dan ia berada d shaf-shaf terdepan misalnya....'Ruang-ruang' dan 'Waktu-waktu' itu yang sangat menguntungkan baginya...Menarik, karena saya kemudian berfikir bahwa disamping Tuhan maha pemurah..ternyata Tuhan juga menjadikan kemurahan-Nya itu 'tergantung' pada sekat-sekat ruang dan waktu dimana hamba-hamba Nya berada.

Uniknya lagi, Teologi tentang Tuhan telah mengajarkan bahwa Tuhan adalah sosok yang tidak pernah sibuk (laa yusyghiluhu syai'), sehingga kemudian kita digiring untuk membayangkan para malaikat-Nya yang harus mondar-mandir kesana kemari mencatat amal, sekaligus mengkalkulasi segala bonus pahala dan pengurangan-pengurangan dosa.. Teman, seheboh apa sebenarnya proses pencatatan pahala ini? Sebagaimana pada bulan-bulan Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia selalu secara tiba-tiba menjadi 'mendadak sibuk' menumpuk-numpuk pahala dan amal kebaikan? 

***

Kata "waktu" yang telah banyak dinukil dalam ayat-ayat al-Quran sebagai tanda-tanda kebesaran Tuhan, sejatinya merupakan 'pengingat' agar kita sadar tentang esensi masa yang berjalan habis. Gebyar 'Ramadhan Karim" seperti ini sejatinya adalah tentang pecutan kompetisi, karena Tuhan nampaknya tidak menyukai orang-orang yang lalai akan waktu dan ruang yang ia tempati. Ia telah menyengaja kita untuk berada dalam 'ruang-ruang' dan 'waktu-waktu' itu, karena Tuhan inginkan kita sadar bahwa hanya Dia yang abadi, nyawa kita tidak.... hanya Dia yang bebas ruang, raga kita tidak...    

Disaat banyak yang berlomba menumpuk cacatan amal, ada pengingat lain bahwa catatan-catatan kebaikan itu nantinya hanya akan menjadi 'tumpukan dokumen'. Bahwa keputusan kita masuk sorga atau neraka di hari akhir nanti bukan karena rapor dengan kalkulasi nilai rata-rata yang tinggi itu. Pintu sorga ternyata hanya bisa terbuka oleh kunci Rahmat-Nya, level Sorga juga bisa 'di upgrade' sesuai Rahmat-Nya. Jadi Sahabat, kompetisi ini sebenarnya adalah tentang pencarian rahmat, bukan semata koleksi pahala atau penumpukan 'plakat'. Ya, dan karena itulah dalam catatan kemarin saya lebih memilih untuk lebih mengandalkan cinta-Nya dibanding pahala dan bonus-bonus dari-Nya, karena memang saya lebih percaya akan kebenaran cinta-Nya, dibanding ketulusan akan amal ibadah saya sendiri.


Kembali ke menu "Tafakkur Ramadhan"

No comments: