Friday, February 3, 2012

(2) Puasa, Toleransi atas Kepentingan Orang Lain

Puasa adalah TOLERANSI. Mengajari kita merelakan hal-hal yang tidak kita suka untuk terjadi. puasa bukan hanya cerita tentang kesabaran menahan dahaga ditengah desak-desakan penumpang bis kota, atau rasa lapar yang menggerus dinding lambung sejak tengah hari hingga ujung senja. Namun, cerita puasa adalah juga tentang bagaimana kita bersabar, saat para penabuh genderang itu sudah berteriak-teriak membangunkan sahur pukul satu pagi, dini hari tadi! Cerita puasa juga meliput kesabaran kita saat mengetahui tiket-tiket mudik telah ludes dimonopoli, juga saat kita bersabar dengan gagasan-gagasan lebaran yang mungkin akan menyerap semua tenaga dan berjuta uang tabungan kita. Ramadhan, ternyata bukan saja mengajarkan tentang pengendalian diri atas diri sendiri, namun juga pengendalian diri atas orang lain.

Jika kita berfikir bahwa yang harus berubah di luar sana lebih banyak dari apa yang harus berubah di dalam diri sendiri, maka kita memang masih jauh dari kata 'dewasa'. Egoisme pasti menang tanpa butuh dibela. namun tantangan kita adalah, apakah kita mampu mentolelir bahkan membela kepentingan-kepentingan yang tidak ada kaitannya dengan keuntungan kita? Sanggupkah kita terus berdiri mempromosikan pamrih-pamrih yang bukan milik kita? 

Saat kita mampu berdamai dengan diri sendiri, saat itu pula lah kita mendapati 'yang lain' sangat mempesona. Toleransi dan keterbukaan kepada yang lain dimulai dengan mengenali seberapa luas ruang hati yang kita tempati. Seringkali sebuah rumah dibilang penuh, bukan karena jumlah penghuninya yang banyak, namun karena jumlah ruangannya yang terlalu sedikit. Hati kita sangat luas, namun jarang sekali manusia yang bersedia menyekat hatinya beberapa ruang, untuk bisa ditempati orang lain, di luar kepentingannya.


Kembali ke menu "Tafakkur Ramadhan" 

No comments: