Wednesday, February 15, 2012

(12) Bosan Beribadah, Karena Memang Berat (?)


Apa yang kita lakukan jika mulai bosan beribadah? Ya, merasa lelah dengan esensi dari tujuan keterciptaan kita sendiri? dalam sebuah hadits, "Tuhan tidak akan bosan, sampai kita sendiri yang bosan"...  
Hmm Jujur, hari ini saya merasa lelah dengan ritme puasa yang baru berjalan 12 hari ini. Kata siapa puasa itu produktif? Kok saya tidak merasa demikian? Tidur saya jadi lebih banyak, namun kacau; tak nyenyak, bangun dengan badan pegal-pegal serta terpaksa. Saya kurang suka makan di pagi buta, tapi saya harus santap sahur itu agar kinerja saya disiang hari tetap jalan... beberapa kali saya menjadi mual gara-gara perilaku yang menurut saya tidak sehat itu, makan kenyang dan tidur setelah subuh. beragam diet dicoba, mulai nasi, roti, outmeal dan berganti buah. Tapi, tidur setelah subuh dengan perut yang dipaksa kenyang itu, apa sih enaknya? 

Pernah beberapa kali saya tidak tidur pagi, namun saat siang hari, kehausan itu terasa mencekik-cekik. Subhanallah...mau tidak mau, tidur pagi itu benar-benar harus saya maknai sebagai 'penghematan energi" atau 'penghematan air dalam tubuh saya". apakah itu ibadah? pragmatis mungkin iya, tapi ya terserahlah 'itung-itungannya' gimana?.

konon, Perang Badar di zaman Rasul itu terjadi di bulan Ramadhan. Saya tiba-tiba ingat perbukitan di Mekah yang saya kunjungi pada tahun 2001 dan 2003 dulu... Saya membayangkan suhu panasnya hingga bebatuan terjal yang sebegitu rupa, kemudian membayangkan para Sahabat nabi berpuasa dalam konteks itu. Alih-alih membayangkan mereka tiduran menghemat air atau energi, seperti saya. Mereka itu beradu fisik dalam perang! Aduh, saya tiba-tiba bertanya dalam hati 'beneran gak sih mereka bisa kuat berperang sambil puasa di gurun dengan matahari seterik itu...!? Hmm biar saya simpan pertanyaan saya ini dalam hati, walaupun jelas riwayat-riwayat itu bercerita tentang ketabahan mereka saat berperang sambil berpuasa. 

Tapi teman, benar...saya sendiri merasa harus jujur bahwa ibadah puasa ini berat. sholat lima kali itu juga berat...haji berhimpit-himpit itu berat...mengeluarkan zakat itu hati kita juga berat. Saya tak perlu berpura-pura sok kuat dan sok enjoy dengan ritus-ritus ini, karena dalam al-Quran, Tuhan memang bilang bahwa Sholat itu beban berat (Wa innaha lakabiroh). disebutkan dalam lanjutan ayat itu "terkecuali bagi orang-orang yang khusu'"

Nah, Khushu', ya kwalitas hati itu yang perlu kita gapai agar ibadah sholat menjadi ringan..., tanpa khusu' itu, (maaf) saya bisa pastikan dusta jika orang mengaku-ngaku bahwa ibadah shalat itu ringan. demikian pula saya fikir Puasa, Zakat dan Haji...ternyata ada esensi yang harus kita raih agar membantu kita meringankan beban-beban ini. Saya benar-benar tak ingin Ibadah saya 'hanya' setingkat dengan penyiksaan diri, sehingga ujung-ujungnya Ramadhan tidak memberikan kesan apa-apa selain lapar dan dahaga, seperti yang disabdakan nabi SAW. Namun untuk menggapai itu saya merasa bahwa saya harus tahu apa yang sebenarnya saya cari dari ibadah ini? saya ingin melakukannya dengan khusu' yang sejatinya berarti "penyegajaan untuk bertunduk" dan "sadar akan penghambaan".

(Madyan: Tafakkur Ramadhan)

No comments: