Friday, February 3, 2012

(1) Dermaga Ramadhan



Ramadhan itu bagaikan dermaga. Sebuah pemberhentian besar untuk megistirahatkan diri dari kemelut dunia; hiruk pikuk nafsu dan gonjang-ganjing emosi kita. Sebuah pelabuhan untuk kita sejenak menepi dan mengikat perahu kehidupan, membenahi bagian-bagian kapal yang rusak, memperkuat temali dan membetulkan kembali paku-paku yang mungkin telah terlepas dalam pelayaran kita selama ini. 

Ramadhan...satu bulan adalah rentang yang cukup panjang untuk kita bertafakkur tentang jiwa dan berdamai dengan banyak hal, termasuk yang paling sulit, dengan diri sendiri, dengan nafsu pribadi. Dermaga ini adalah kesempatan memperbaiki dan memperindah kapal, agar pelayaran kita di samudra kehidupan berikutnya menjadi lebih nyaman dan lebih baik lagi.

Betul, sangat sia-sia jika pemberhentian Ramadhan kali ini tidak membawa perbaikan sama sekali. Tapi itu fakta, bahwa banyak sekali kapal-kapal yang berhenti di pelabuhan, namun mereka hanya berhenti saja, tak melakukan perbaikan apa-apa. Banyak yang turut serta memarkir kapalnya, namun tak berbuat apa-apa.Turut berpuasa; ikut berlapar-lapar dan kehausan. Namun, seperti disabdakan Nabi, mereka itu tak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga

Ketika takbir Fitri berkumandang nanti, aku tidak ingin terkejut ketika tiba-tiba kapalku harus berangkat lagi tanpa jiwa yang baru, tanpa tali-tali yang kokoh dan layar putih yang terkembang indah. Aku ingin menghargai puasaku sendiri..menghargai rasa lapar dan hausku dengan makna-makna yang lebih dari sekedar pengendalian birahi dan nafsu atas sepiring nasi.    

Kembali ke menu "Tafakkur Ramadhan"

No comments: