Monday, July 23, 2012

(3) Bangkit, atau Terkubur dalam Penantian yang Pengap

Seharian kemarin menghabiskan waktu dengan TIDUR.... Apakah ini ibadah? Hmmm bisa saja dibilang demikian, toh ini puasa.. Apalagi, yang tidur sebenarnya hanya dua mata ini, karena hati dan fikiran saya hari itu diliput gulana tak terkira. Saya memang pribadi yang ingin sibuk menyelami diri saya sendiri. Mungkin, istri saya sudah bosan melihat saya tiba-tiba "disconnect" saat bicara. Ia biasanya bertanya "mas kenapa sih?" Saya, tak pernah bisa menjawab pertanyaannya itu. Sampai suatu hari, saya menemukan jawaban yang jitu, yaitu dengan bertanya balik "Apa kamu ndak bosan bertanya seperti itu terus, dik?" :) Hmmm, dalam hati saya berharap, semoga Istri saya tidak ikut-ikutan menjadi stress, menyaksikan suaminya yang dikutuk pikiran-pikirannya sendiri.

Entahlah, ia sudah terbiasa atau belum, namun saya memang menyukai pertanyaan walau kadang konyol dan tak penting, Saya selalu terkagum dengan orang-orang yang memiliki banyak "pertanyaan". Uniknya, saya sering merasa muak jika melihat orang yang selalu memiliki "jawaban" atas segala hal.

Sahabat, saya sedang gundah gulana, karena sebenarnya saya sedang menanti wahyu. Jibril tak pernah datang lagi. Pertanyaannya, "Apa pernah Jibril datang? Apakah saya nabi?" Serius, saya ingin mengatakan bahwa sejatinya, masing-masing kita ini sebenarnya adalah nabi bagi dirinya sendiri. Bukankah Tuhan selalu bicara; mengirimkan wahyu-Nya? Mungkin kita aja yang jarang mendengar, menggubris dan menghargai hadir-Nya. Saya bukan nabi palsu.
Entah, Jibril itu wujudnya seperti apa...namun kedatangannya selalu mendamaikan, apalagi saat ia menyampaikan kehangatan dari Tuhan. Bagi saya, "kehangatan" itu tak lain adalah inspirasi dan semangat hidup yang positive, sehingga saya tak lagi takut akan kematian. Ya, orang yang memiliki semangat hidup positif justru tak gentar atas habisnya ajal.

Akhir-akhir ini, saya banyak termenung dan melantur, karena saat ini saya merasa betul-betul terjepit dan dipaksa waktu untuk menyelesaikan kontrak-kontrak hidup dan mimpi saya. Saya sering menjadi lemas tak berdaya, karena rasanya "hutang" saya sangat banyak, dan saya tak memiliki sumber yang cukup untuk melunasinya. Ya, saya banyak berhutang pada mimpi saya sendiri; bahwa tugas sekolah ini sudah seharusnya selesai tahun lalu, dan mengapa sampai kini masih buntu. Padahal jentera kehidupan saya sudah melompat pada fase yang seharusnya berbeda. Duh, saya betul-betul kwalahan dengan rasa yang memenjara ini

Dulu, saya sering merasa "hebat", karena wahyu selalu datang bertubi-tubi. Berbeda dengan apa yang saya rasa sekarang; kosong; vakum. Sialnya, saya tak lagi bersemangat. bahkan ketika dunia bisa mengguraui saya dan bicara "sekarang kan sudah ada yang menemani... Kurang semangat apa lagi sih? Hmmm... ya, lagi-lagi saya tak bisa menjawab itu...
Bagi seorang penulis, apalagi masih pembelajar seperti saya, tak ada yang lebih berharga selain datangnya Jibril; datangnya wahyu; datangnya inspirasi yang nikmat bertubi. Jika aliran itu terhenti, maka dunia ini kebas; seperti tanpa rasa.
Tapi entah, jika saya bisa menyebutnya sebagai momentum; semalam saya berjamaah Tarawih, berdua bersama istri saya. Tanpa sengaja saya bacakan surat al-Dluha yang saya potong-potong. Apa pedulinya? toh bukan syarat wajib kita harus menyelesaikan bacaan satu surat utuh. Tapi semalam, saat membacakan surat itu, saya terperanjat dengan ingatan saya tentang cerita nabi Muhammad saw yang juga pernah mengalami kekosongan hati yang sama. Ya, Beliau pernah merindukan Tuhan; merindukan Jibril; merindukan wahyu. Berhari-hari, berminggu minggu, berbulan-bulan... sampai Rasulullah saw pun hampir putus asa. Dikiranya tamat sudah riwayat. dan dikiranya, Tuhan tak lagi hangat.

Saya membaca potongan ayat itu dan teringat, bahwa saat keputusasaan sang Nabi hampir penuh menyelimuti jiwa beliau yang sesak, sekonyong konyong Jibril tiba-tiba mengetuk pintunya. Jibril kemudian mewartakan surat al-Dhuha yang saya baca itu. Bahwa "Muhammad, Tuhan mu tidak pernah meninggalkan-Mu... Ia masih akan dan selalu datang. Ia masih mewahyukan. Hanya saja, Tuhan bekerja dengan cara dan kehendak-Nya sendiri, bukan kehendak Mu..." (Q.S. al Dluha: 03)

Jadi, sejak semalam saya menjadi diam. Sekiranya saya sudah merasa sangat berlebihan merespon rasa yang mendera, tiba-tiba saya ingin mandi dan mengikuti apa yang dilakukan nabi Muhammad saw dulu, bahwa beliau terus saja berjalan dan tak henti menyelami dirinya yang kalut. Ya , saya ingin mengikuti jejak beliau ... Menulis saja entah... tak peduli jika apa yang ada difikiran dan yang saya tuliskan itu adalah wahyu Jibril ataukah ia bisikan setan... tak peduli jika ini adalah malaikat atau  iblis yang terlaknat. Saya akan terus saja berjalan... saya harus terus saja menulis. Saya tak boleh menunggu; Bangkit, atau saya akan terkubur dalam penantian yang pengap.

Baca Tafakkur Ramadhan 1433 H yang lainnya...  

No comments: