Monday, July 30, 2012

(10) S E T A N Penabuh Drum-Ban


Saya bingung mau saya beri judul apa refleksi hari ini, yang jelas ini tentang Setan. Ya pada bulan Ramadhan tahun lalu saya juga bicarakan SETAN. Waktu itu refleksi saya berjudul "Puasa: Antara Setan dan Saya". Menarik, karena jika bukan di Bulan Ramadhan, saya (mungkin) tak pernah ingat jika SETAN itu ada, kecuali saat saya sedang mengaji, karena Setan memang sering sekali disebut didalam kitab suci, bahkan berulang-ulang. Tapi hingga hari ini, masih sama seperti tahun lalu, saya pribadi lebih sering memilih untuk menganggap Setan itu bukan sesuatu yang di luar saya. Setan adalah sisi-sisi kelam dari pribadi diri saya sendiri.

Tentang kebiasaan saya menulis tentang Setan di bulan Ramadhan ini, saya justru menjadi bertanya; Apakah Ramadhan ini betul-betul "bulan tanpa setan" atau justru ini adalah "bulan ada Setan"?

Kali ini saya teringat satu cerita tentang SETAN. Dikisahkan, bahwa suatu hari Setan membangunkan seseorang yang sangat saleh untuk bertahajjud dan berdzikir malam. Orang saleh itu pun bangun. Setelah shalat dan berdzikir panjang, ia pun bertanya "Mengapa engkau bangunkan aku untuk sembahyang? bukankah kamu adalah SETAN. Tugasmu adalah untuk menghalangi ku beribadah?" Sambil tertawa Setan menjawab, Iya benar, aku bangunkan dirimu dan mengajak mu tunaikan kebiasaan shalat malam dan dzikir, karena aku tahu bahwa engkau adalah seorang yang saleh. Aku bangunkan dirimu, karena dengan demikian, seharian nanti kamu akan merasa baik-baik saja. Berbeda jika engkau kubiarkan tidur hingga fajar, tak kubangunkan, maka sepanjang hari nanti kamu akan menyesali tidurmu itu, sehingga engkau menjadi merasa sangat berdosa dan buruk. Dengan perasaan itu mungkin engkau akan justru menjadi lebih khusyu' dalam rakaat shalat yang berlipat-lipat... 

Orang saleh itu terdiam dan merasa bahwa tak selalunya setan itu menyuruh keburukan; bahwa ternyata banyak hal baik juga yang terjadi karena "godaan" setan.... 

***

Teman, itu kan cerita hikmah tentang SETAN.... entah benar entah tidak. Tapi kali ini saya mau ceritakan kisah setan yang benar-benar terjadi.  Waktu sahur tadi, saya terbangun dengan marah-marah dalam hati. Mengapa? karena saya harus terbangun pukul DUA pagi. Padahal, saya baru merebahkan diri pukul SATU. Asal teman tahu, di kawasan Matraman Dalam, hampir setap pukul 2 dini hari ada kelompok drumband yang bertugas membangunkan warga untuk sahur. Ya, satu pleton drumband, lengkap dengan alat-alat musik yang sangat sophisticated, mulai dari panci, ember wajan, dan semua yang bisa berbunyi mereka bawa.... Jika tak bawa pun, mereka masih tetap bisa berkarya; memukuli tiang-tiang listrik di sepanjang jalan.

Teman, apa yang mereka lakukan itu adalah kreatifitas tingkat tinggi, plus... itu (kemungkinan besar) adalah ibadah yang berpahala dan (mungkin) menyebabkan mereka masuk sorga. Tapi Hallo saudara-saudara... itu drumband mainnya setiap jam 2 dini hari, dengan irama yang tak begitu mempedulikan genre, yang penting masuk ke HATI dengan cara menjebol gendang telinga Yeah...You Must be kidding me!

Allahuakbar...Saya adalah orang yang lumayan tahan berisik, tapi untuk "Drumband Matraman" setiap jam dua pagi? Duh, Adakah versi kehidupan yang lebih baik? Mereka beraksi dengan formasi berputar-putar, keliling kampung, dengan niatan yang bagus; membangunkan orang-orang untuk sahur dan ibadah malam... Tapi, bukankah sahur itu harusnya di akhir waktu (ta'khir)... kenapa tidak sabar menantikan sedikit waktu sampai menjadi relatif sudah "pantas", pukul 3.30 misalnya? Subuhnya kan masih jam 5? Selalunya, saya baru memasuki pintu sorga lantas grup Drumband itu menyeret-nyeret saya ke neraka; saya baru saja masuki alam mimpi yang indah, lantas pasukan Rahwana itu memaksa saya untuk melihat kembali dunia yang penat?

Sekali lagi, itu tadi jam DUA? Sialnya, mereka adalah seniman-seniman tak kenal lelah. Jika masih tak puas dengan satu putaran... jam 2: 15 mereka akan tampil lagi, dan berikutnya jam 3: 00....dst.  Oke lah, alhamdulillah... Sebuah pawai yang bisa saya nikmati gratis setiap hari di bulan suci ini.

Nah terus? kaitannya dengan setan?... Begini, bahwa benar, saya menyebut mereka "Pasukan Drumband" kreatif yang berbakat. Kalau perlu, mereka ingin saya nominasikan sebagai para pahlawan negara. Tapi, tadi... saat pasukan itu mengepung balkon kamar saya dan mengagetkan seluruh syaraf yang baru saja melemas. Saya terperanjat sambil menyebut mereka "S E T A N" !!!

Entah apa yang ada di benak istri saya pagi tadi. Dia tak berkata-kata, namun saya lihat wajah nya menggurat satu ekspresi, yang jika dilihat dalam kamus-kamus ilmiah, ekspresi itu berbunyi "Mereka bukan SETAN, tapi anaknya..." :) hehehe

Refleksi ini saya tulis pada saat kepala saya sudah dingin. Saya ingin koreksi diri saya saja; apakah saya telah salah menyebut mereka SETAN? Ternyata, memang tidak. Karena sebagaimana cerita saya tentang "Setan dan Orang Saleh" di atas tadi, terkadang Setan memang berbuat kebaikan, seperti pasukan drumband yang tak ingin jika seorang Muslim menjadi pingsan kelaparan di siang puasa, gara-gara tak makan sahur itu.

Jadi baiklah SETAN, silahkan bangunkan saya lagi besok... coba sekali-kali pukul satu!

(Madyan: Tafakkur Ramadhan hari ke 10) 

No comments: