Sunday, July 22, 2012

(1) MARHABAN RAMADHAN 1433


Apakah perasaan saya senang? Hmm, lumayan. Ramadhan kali ini saya sambut pertama-tama dengan kata "Marhaban". Serasa mental saya lebih siap jika dibanding dengan Ramadhan tahun kemarin. Setidaknya ada dua indikator paling menonjol, yang membuat Ramadhan kali ini serasa berbeda. 
Pertama, ini adalah Ramadhan pertama saya dengan status baru; seorang suami. 
Kedua, untuk Ramadhan kali ini, kamar saya di Jakarta sudah lebih dingin, karena sudah saya pasang AC. Setidaknya, saya bisa berharap bahwa keluhan Ramadhan terbesar tahun lalu, tentang seringnya merasa kehausan (bukan kelaparan) di siang hari, tak akan begitu mengancam lagi. 

Apa yang saya tengarai tentang perasaan "lebih siap" ini hanyalah salah satu dari sekian puluh letupan-letupan rasa yang bisa saya bagi menjelang Ramadhan tahun ini. Ya, KESIAPAN itu penting. Karena dengan adanya kesiapan, berarti saya tinggal mengharap KESEMPATAN. Jika Kesiapan dan Kesempatan itu bertemu, saya bisa pastikan bahwa saya mendapatkan PERUNTUNGAN. Begitu rumusan Albert Einstein tentang peruntungan, bukan?
Saya misalnya, akhir-akhir ini sering mendapati kesempatan-kesempatan bagus dalam hal karir, namun sayang karena kesempatan itu mensyaratkan adanya gelar doktor yang belum saya sandang, maka peruntungan saya pun hilang. Berarti kesempatannya ada, namun kesiapan belum ada, jadinya Peruntungan saya ngacir melambai...  


Rumusan Einstein tentang keberuntungan itu nampaknya sangat berkesan bagi pribadi saya dalam memahami nasib kehidupan, karena rumusan itu juga mirip dengan teori para Sufi tentang karunia Tuhan yang mensyaratkan adanya PERSIAPAN. Dalam bahasa Arab "persiapan" itu disebut dengan kata "Isti'dad". Dulu, para Alim Sufi mengatakan bahwa "Wurudul Imdad 'ala qadril Isti'dad" (Turunnya anugerah Tuhan itu sesuai dengan kadar persiapan hamba-Nya). Jadi, ini adalah Ramadhan, satu konsep waktu sebentang bulan yang dipenuhi dengan kesempatan demi kesempatan. Saya dan sahabat-sahabat Muslim tentu tak ingin jika peruntungan kita di bulan suci ini "ngacir", dan kesempatan mendapatkan limpahan kasih dan ampunan melesat begitu saja, tanpa bekas.


Saya memang meyakini bahwa ini adalah betul-betul kesempatan, karena bukankah tak ada satupun dari kita yang bisa memastikan bahwa dirinya akan ber"kesempatan" menyaksikan ramadhan 1434, tahun depan.?

Sast ini saya ingin mensyukuri rasa, bahwa benar, pada bulan suci kali ini saya lebih siap untuk "menepi". Ramadhan memang selalu saya maknai sebagai pelabuhan. Setahun berlabuh dan kini tiba saatnya saya beristirahat untuk melakukan evaluasi atas komitmen keimanan saya... Setelah jangkar saya turunkan, saya menyadari dengan sepenuh hati saya, bahwa perahu saya telah membawa muatan baru, kabar baru, penumpang baru, juga rekaman atas kerusakan-kerusakan baru.... Mungkin, di pelabuhan 1433 H ini saya akan menjual perahu ini untuk diganti dengan armada yang lebih baru. Faktanya, secara literal hidup saya telah menjadi baru. Saya adalah pengantin baru dengan kebahagiaan dan tantangan-tantangan baru. 


Baca Tafakkur Ramadhan 1433 H yang lainnya...  


No comments: